Search
Close this search box.

Diposting oleh:

Historia Magistra Viate

       Oleh: Ade ZM

     Kurang lebih seperempat bagian isi kandunan Al-Quran adalah terdiri dari kisah-kisah, yang menceritakan bangsa-bangsa dan tokoh-tokoh terdahulu baik yang taat maupun yang ingkar kepada Allah SWT. Kisah-kisah dalam Al-Quran tersebut bukan cerita biasa yang tak memiliki makna, namun merupakan kisah-kisah terbaik (ahsan al-qasas,  QS Yusuf/12: 3) yang Allah sajikan untuk diambil  banyak pelajaran di dalamnya. Pelajaran yang baik untuk diteladani ataupun pelajaran buruk untuk dihindari (lihat QS Yusuf/12: 111).

     Kata “kisah” dengan berbagai musytaqaat (derivasi)-nya dipergunakan dalam Al-Qur’an sebanyak 26 kali. Penggunaan kata yang berulang kali ini memberikan suatu isyarat akan urgensinya masalah tersebut bagi umat manusia. Bahkan, salah satu surat (surat ke-28) dalam Al-Qur’an dinamakan Surat al-Qashash, yang berarti kisah-kisah. Begitu pula terdapat beberapa surat lain yang isinya lebih banyak memuat cerita, seperti surat Yusuf yang berisi cerita kehidupan Nabi Yusuf AS, surat al-Kahfi yang mengisahkan carita Ashabul Kahfi (para pemuda shalih yang tidur di gua selama 309 tahun) dan surat al-Anbiya’ yang memuat kisah-kisah para nabi. (Jauhar Hatta, tt: 1)

     Kisah-kisah al-Quran ada yang terkait dengan kehidupan para nabi, termasuk yang berkaitan dengan tokoh atau sesuatu yang berhubungan dengan nabi seperti tentang Iblis, Qabil-Habil, Khidir, Qarun, Firaun, dan lainnya. Ada pula yang tidak terkait dengan  kisah para nabi, seperti Ashabul Kahfi, Zulkarnain, Luqman, Ashabul Ukhdud, dan lainnya. Sebagian kisah diceritakan berdasarkan pertanyaan atau permintaan para sahabat seperti Ashabul Kahfi dan Zulkarnain (QS al-Kahfi: 9-20 dan 83), tetapi sebagian lagi tanpa sebab atau permintaan. (Tafsir Ilmi, Jilid 2, 2014: 3).

     Kata kisah berasal dari Bahasa Arab, qishshah yang berarti cerita, hikayat atau riwayat. Kata tersebut berasal dari kata al-qish yang berarti menelusuri jejak (tatabbu’ al-atsar) untuk mengetahui arah perjalanan. Sebagaimana dalam QS Al-Kahfi: 6, terdapat lafad qashashan yang berarti jejak langkah. Diceritakan Nabi Musa beserta pelayannya (ada yang menyebut muridnya) Yusa bin Nun untuk bertemu Khidir di suatu tempat yang ciri tempat tersebut adalah jika ikan yang dibawanya menghilang, di sanalah tempat Khidir berada. Namun ketika sampai di tempat tersebut untuk beristirahat, mereka berdua lalai terhadap keberadaan ikannya tersebut ketika ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, dan mereka berdua merasa letih dan hendak beristirahat, muridnya itu kemudian tersadar bahwa ketika ikan itu telah menghilang saat mereka berada di pertemuan dua laut (majma’ al-bahrain) namun ia lupa memberitahukannya kepada Musa. “Lalu Musa AS berkata: “Itulah tempat yang kita cari”, lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula (qashashan)”. Selain itu terdapat juga dalam QS Al-Qashash: 11, yakni qushshiih (ikutilah jejaknya). Ketika Musa kecil ditaruh di dalam peti untuk dihanyutkan di sungai, sang ibu memerintahkan kepada anak perempuannya (sudara Musa) agar mengikuti jejak peti tersebut seraya berkata qushshiihi.

     Kaitannya dengan peristiwa masa lalu, dalam konteks umum kita mengenal istilah ‘sejarah’. Kata tersebut merupakah serapan dari Bahasa Arab ‘syajarah’, yang berarti pohon. Sebuah pohon memiliki beberapa bagian yaitu akar, dahan, ranting, daun dan buah. Pohon juga bertumbuh dan berkembang. Sejarah tak sekedar ceria masa lalu, tapi ia harus memberikan pelajaran yang berharga sebagaimana buah dari sebuah pohon. Syaratnya adalah ia harus memiliki akar yang kuat serta dahan, ranting serta daun yang sehat. Pohon juga harus dirawat untuk dapat tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kemanfaatan bagi umat manusia.

     Sejarah akan memberikan banyak manfaat dan pelajaran jika akar (sumber dan fakta) sejarah itu kuat dan terpelihara, serta tidak ada yang dirusak, dilupakan atau dipalsukan. Sejarah juga laksana pohon yan tumbuh dan berkembang, ia tidak statis, namun semangat dan nilai atau pelajarannya akan selalu kontekstual dan relevan di setiap situasi dan kondisi zaman. Dikatakan oleh Croce, “all history is contemporary history, artinya juga bahwa walaupun sejarah adalah peristiwa di masa lampau namun semangat dan nilai yang dikandungnya tidak bisa dilepaskan dengan konteks kekinian, bahkan selanjutnya bisa menemukan perspektif untuk masa yang akan datang.

     Sejarah sejatinya terus berdialog tanpa henti dengan konteks kekinian “unending dialogue between the present and the past”. Ada kesinambungan masa lalu (the past) dengan masa sekarang (the present), juga masa yang akan datang (the future). Dalam naskah Sunda kuna Amanat Galunggung disebutkan “Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke” (“Ada dulu maka ada sekarang, bila tak ada dulu tak akan ada sekarang”). Seorang penyair yang juga rapper petama Amerika Gil Scott Heron (1949-2011) mengungkapkan, “If you don’t know where you come from, you won’t know where you are going. You have to study your history”.

    Sejarah tak hanya sekedar untuk dihapal dan dikenang semata, namun ia memiliki banyak nilai dan fungsi di antaranya adalah: 1) fungsi informatif, dengan searah kita mengetahui fakta-fakta kejadian di masa lalu sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan wawasan untuk bisa kita gunakan dalam konteks kekinian juga di masa yang akan datang; 2) fungsi edukatif, dalam sejarah banyak mengandung cerita tantang kejayaan, kemunduran, kemenangan, kekalahan, kebiaksanaan, pengkhianatan, keberhasilan, kegagalan, kekuatan, kelemahan dan sebagainya. Dalam semuanya itu terkandung hikmah atau pesan moral yang dapat dijadikan  pelajaran (‘ibrah) atau cermin agar bisa meneladani hal-hal yang positif dan meghindarkan hal-hal yang negatif; 3) fungsi inspiratif, dengan sejarah akan menumbuhkan inspirasi, motivasi dan gagasan untuk bertindak  atau melakukan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat di era sekarang dan/atau yang akan datang. Banyak ide-ide besar terlahir karena terinspirasi oleh sejarah atau pemikiran tokoh di masa lampau; 4) fungsi pragmatis, informasi dan nilai sejarah seringkali dijadikan dasar atau acuan dalam sebuah tindakan baik dalam konteks individu, sosial ataupun kelembagaan. Selain itu tentunya masih banyak fungsi-fungsi sejarah yang berguna bagi manusia, seperti halnya pohon (syajarah) yang keberadaannya banyak sekali memberikan kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia.

     Dengan hal tersebut, sangat tepat jika Soekarno menegaskan pentingnya belajar sejarah dengan ungkapannya yang terkenal: “Jasmerah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Negarawan dan filsuf zaman klasik, Cicero (106-43 SM), begitu menghargai sejarah dengan menyebutnya sebagai “historia magistra vitae” (sejarah adalah guru kehidupan). Adapun menurut Francis Bacon “histories make man wise”, sejarah dapat memberikan kearifan bagi yang mempelajarinya. Wallahu a’lam.

 

 

Repository

Repository

Repository IAI Tasikmalaya

LPMP

LPMP

Lembaga Penjaminan Mutu dan Perencanan

LPPM

LPPM

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

P2B

P2B

Unit Penunjang Pengembangan Bahasa

PTI

PTI

Unit Penunjang Teknologi Informatika